Selasa, 22 Oktober 2019

Published Oktober 22, 2019 by with 0 comment

Mari Berperilaku Amanah


Apakah Amanah itu?

Amanah artinya terpercaya (dapat dipercaya). Amanah juga berarti pesan yang dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak. Amanah yang wajib ditunaikan oleh setiap orang adalah hak-hak Allah Swt., seperti salat, zakat, puasa, berbuat baik kepada sesama, dan yang lainnya. 

Amanah berkaitan erat dengan tanggung jawab. Orang yang menjaga amanah biasanya disebut orang yang bertanggung jawab. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga amanah disebut orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjaga amanah itu penting. Kalau
kalian setuju dengan pernyataan ini, mulai sekarang kalian harus berlatih untuk menjaga am±nah. Kalian harus berlatih untuk bertanggung jawab. Untuk berlatih tidak sulit. Mulailah dari menjaga amanah yang kecil-kecil, seperti bertanggung jawab saat piket kebersihan. Kalian belajar dan sekolah dengan sungguh-sungguh. Itu juga bagian dari menjaga am±nah. Melaksanakan ibadah £alat juga bagian dari menjaga amanah dari Allah Swt.

Ternyata, tanpa disadari kalian sudah mulai berlatih menjaga amanah. Siapa tahu kelak di antara kalian ada yang mendapat am±nah untuk menjadi seorang pemimpin. Jika kalian berlatih mulai dari sekarang, pada saat menjadi pemimpin tentu tidak sulit untuk menjaga amanah. Rasulullah saw. bersabda:

“Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda:“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya...” (H.R. Bukh±ri dan Muslim)

Nah, sekarang saatnya kalian mengetahui macam-macam bentuk amanah. Amanah itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Am±nah terhadap Allah Swt. Amanah ini berupa ketaatan akan segala perintah
dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah wt. berfirman:

”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. al-Anfal/8: 27)

Contoh amanah kepada Allah Swt. yaitu menjalankan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarangnya. Bukankah kita diciptakan oleh Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya? Orang yang mengabdi kepada-Nya berarti telah memenuhi amanah- Nya. Orang yang tidak mengabdi kepada-Nya berarti telah mengingkari amanah-Nya.

b. Amanah terhadap sesama manusia.
Amanah ini meli puti hak-hak antar sesama manusia. Misalnya, ketika dititipi pesan atau barang, maka kita harus menyampaikannya kepada yang berhak. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah Swt. menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya... ” (Q.S. an-Nisa’/4: 58)

c. Amanah terhadap diri sendiri. Amanah ini dijalani dengan memelihara dan menggunakan segenap kemampuannya demi menjaga kelangsungan hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Allah Swt. berfirman:

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya ”(Q.S. al-Mu’minμn/23: 8)

2. Hikmah Perilaku Am±nah
Orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri sendiri. Begitu juga sikap am±nah memiliki dampak positif bagi diri sendiri. Di antara hikmah am±nah adalah sebagai berikut.
  • Dipercaya orang lain, ini merupakan modal yang sangat berharga dalam menjalin hubungan atau berinteraksi antara sesama manusia.
  • Mendapatkan simpati dari semua pihak, baik kawan maupun lawan.
  • Hidupnya akan sukses dan dimudahkan oleh Allah Swt.

3. Perilaku Amanah dalam Kehidupan Sehari-hari
Amanah dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan melalui kegiatankegiatan sebagai berikut.
  • Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula. Apabila kita dititipi sesuatu oleh orang lain, misalnya barang berharga, emas, rumah, atau barang-barang lainnya, maka kita harus menjaganya dengan baik. Pada saat barang titipan tersebut diambil oleh pemiliknya, kita harus mengembalikannya seperti semula.
  • Menjaga rahasia. Apabila kita dipercaya untuk menjaga rahasia, baik itu rahasia pribadi, rahasia keluarga, rahasia organisasi, atau rahasia negara, maka kita wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang lain.
  • Tidak menyalahgunakan jabatan. Jabatan adalah am±nah yang wajib dijaga. Apabila kita diberi jabatan apapun bentuknya, maka kita harus menjaga am±nah tersebut. Segala bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok termasuk perbuatan yang melanggar amanah.
  • Memelihara semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. berupa umur, kesehatan, harta benda, ilmu, dan sebagainya. Semua nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada umat manusia adalah am±nah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

APRESIASI 

  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit
Published Oktober 22, 2019 by with 0 comment

Mari Berperilaku Jujur


Jujur adalah kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya. Apa yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan apa yang diperbuat itulah yang sebenarnya.

Kejujuran sangat erat kaitannya dengan hati nurani. Kata hati nurani adalah sesuatu yang murni dan suci. Hati nurani selalu mengajak kita kepada kebaikan dan kejujuran. Namun, kadang, kita enggan
mengikuti hati nurani. Bila kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai hati nurani, maka itulah yang disebut dusta. Apabila kita katakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakan bohong. Dusta atau bohong merupakan lawan kata jujur. Mengapa kita harus jujur?

Jujur itu penting. Berani jujur itu hebat. Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan kehidupan yang harmonis, baik, dan seimbang. Agar tidak ada yang dirugikan, dizalimi dan dicurangi, kita harus jujur. Jadi, untuk kehidupan yang lebih baik kuncinya adalah kejujuran. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:

“Dari Abdullah ibn Mas’ud r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga...” (H.R. Bukhari)

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “kejujuran itu mahal”. Ya, kejujuran memang sangat mahal karena berkata jujur itu terkadang sangat berat. Akan tetapi, agar dapat dipercaya orang, kita harus jujur. Rasulullah saw. telah memberi contoh nyata kepada kita. Pada masa jahiliyah sangat sulit mencari orang yang jujur.

Dengan kejujuran Rasulullah saw. menjadi orang yang paling terpercaya. Beliau mendapat gelar al-Am³n (dapat dipercaya) dari bangsa Quraisy. Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati jadi was-was.

Akan tetapi, kadangkala ada orang yang tidak suka dengan kejujuran. Hal ini dapat terjadi kalau orang itu akan terganggu oleh kejujuran kita itu. Meskipun demikian jangan takut dan risau karena lebih banyak pihak yang mendukung kejujuran.

Kejujuran merupakan bagian dari akhlak yang diajarkan dalam Islam. Seharusnya sifat jujur juga menjadi identitas seorang muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu salah. Jangan dicampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Allah Swt. berfirman:

“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya ” (Q.S. al-Baqarah/2: 42)

Hikmah atau manfaat dari perilaku jujur adalah:
  1. mendapatkan kepercayaan dari orang lain,
  2. mendapatkan banyak teman, dan
  3. mendapatkan ketentraman hidup karena tidak memiliki kesalahan terhadap orang lain

APRESIASI 

  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit
Published Oktober 22, 2019 by with 0 comment

Islam dan ilmu pengetahuan


1. Kandungan Q.S. ar-Rahman/55: 33 serta Hadis Terkait
Isikan dungan Q.S. ar-Rahman/ 55: 33 s ang at cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang
selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?

Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.

Nabi Muhammad saw. bersabda:

“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam ” (H.R. Ibn Majah)

Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syfi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:


“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”


Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:




“Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”

Ungkapan Imam Sy±fi‘³ di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.


2. Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 serta Hadis Terkait 
Kalau Q.S . a r -Rahman/55:33 menjelaskan pentingnya  ilmu pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya? Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. 

Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. Ayat ini juga menjelaskan tentang berlapang-lapanglah kalian ketika berada di dalam maj lis (tempat mencari ilmu). Yakni apabila kita berada di tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, maj lis taklim dan lain sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-sama mendapatkan tempat duduk yang layak.

Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan sese orang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan
Sebelum kalian menerapkan perilaku senang menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun yang lainnya.

Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan
pengamalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut.
  1. Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan.
  2. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya.
  3. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan.
  4. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Mujadalah/58: 11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
  1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
  2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
  3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
  4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt.

APRESIASI 

  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit

Minggu, 20 Oktober 2019

Published Oktober 20, 2019 by with 0 comment

Mari Membaca Al-Qur’an

Tahukah kamu, siapakah yang punya ilmu itu? Allah Swt. yang memiliki ilmu. Allah disebut al- Alim artinya Maha Mengetahui (Maha Berilmu). Ilmu Allah Swt. sangat luas tanpa batas. Ada yang diberikan kepada kita sudah tertulis dan ada yang tidak tertulis. Yang tertulis adalah kitabullah dan yang tidak tertulis adalah alam semesta serta isinya yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyyah. Selain belajar tentang alam semesta, kita juga wajib mempelajari ilmu Allah Swt. yang tertulis, yaitu al-Qur’an. 

Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil, mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Mari membaca al-Qur’an dengan tartil ayat-ayat berikut ini:

1. Membaca Q.S. ar-Rahman/55: 33


2. Membaca Q.S. al-Mujadalah/58: 11
Menerapkan Ilmu Tajwid
Hukum bacaan “Al” dibagi menjadi dua macam, yaitu.
  1. “Al” syamsiyah (idgam syamsiyah)
  2. “Al” qamariyah (izhar qamariyah)

Kedua macam hukum bacaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

4. Mengartikan Q.S. Ar-Rahman/55: 33
   1) Arti mufradat (kosakata/kalimat)

2) Terjemahan ayat:
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah) ” (Q.S. ar-Rahman/55: 33)

5. Mengartikan Q.S. Al-Mujadalah/58: 11
1) Arti mufradat (kosakata/kalimat)

2) Terjemahan ayat:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah/58: 11)


APRESIASI

  1. pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  2. apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit
Published Oktober 20, 2019 by with 0 comment

Iman Kepada Malaikat Allah SWT


Siapakah Malaikat Itu
Sama halnya dengan manusia malaikat juga termasuk makhluk Alla Swt. Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluk dengan berbagai macam bentuk dan keadaan. Meskipun tidak pernah berjumpa dengan malaikat, kita harus percaya akan keberadaannya. Allah Swt. menjelaskan dalam Q.S. al-Anbiya/21: 19 berikut ini.
“Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.”(Q.S. al-Anbiya/21: 19)

Iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang kedua. Malaikat diciptakan dari nur Ilahi (cahaya Allah). Malaikat diciptakan oleh Allah Swt. sebagai utusan-Nya untuk mengurusi berbagai urusan.

Sifat-sifat dan perilaku malaikat antara lain:
  1. Selalu patuh kepada Allah Swt. dan tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya.
  2. Malaikat dapat berubah wujud sesuai kehendak Allah. Kadang-kadang Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw. menyamar seperti sahabat yang bernama Dihyah al-Kalbi, terkadang seperti sahabat dari Arab Badui.
  3. Malaikat tidak makan dan tidak minum.
  4. Malaikat tidak memiliki jenis kelamin.
  5. Malaikat tidak pernah letih dan tidak pula berhenti beribadah kepada Allah Swt.
  6. Malaikat senang mencari dan mengelilingi majelis ©ikir.
  7. Malaikat berdoa bagi hamba yang duduk menunggu £alat berjamaah.
Setelah mengetahui sifat-sifatnya, kita akan mengkaji perbedaan malaikat, jin, dan manusia seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:


Nama dan Tugas Malaikat

Al-Qur’±n tidak menyebutkan berapa jumlah malaikat secara pasti. Namun, ada penjelasan melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik bahwa pada saat Nabi Muhammad saw. isr±’ mi’r±j dan bertemu dengan Ibrahim a.s. yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur, di sana terdapat 70.000 malaikat. 

Dari penjelasan riwayat hadis tersebut menandakan bahwa jumlah malaikat sangat banyak. Namun pada bagian ini hanya akan dijelaskan malaikat-malaikat yang namanya tercatat di dalam al-Qur’±n maupun hadis. Nama-nama itu adalah sebagai berikut.
  1. Jibril, Malaikat Jibril tugasnya menyampaikan wahyu kepada nabi dan rasul. Nama lain malaikat Jibril adalah Rμh al-Quds, ar-Ruh al-Amin, dan Namμs.
  2. Mikail, Malaikat Mikail bertugas mengatur kesejahteraan makhluk, seperti mengatur awan, menurunkan hujan, melepaskan angin, dan membagi-bagikan rezeki.
  3. Israfil, Malaikat Israfil bertugas meniupkan terompet (sangkakala), saat dimulainya kiamat hingga saat hari berbangkit di Padang Mahsyar.
  4. Izrail, Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk hidup, baik manusia, jin, iblis, setan, dan malaikat apabila telah tiba waktunya.
  5. Munkar, Malaikat Munkar bertugas menanyai orang yang sudah meninggal dan berada di alam kubur.
  6. Nakir, Malaikat Nakir bertugas menanyai orang yang sudah meninggal dan berada di alam kubur.
  7. Raqib, Malaikat Raqib bertugas mencatat semua pekerjaan baik setiap manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
  8. Atid, Malaikat Atid bertugas mencatat semua pekerjaan buruk setiap manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
  9. Ridwan, ,Malaikat Ridwan bertugas menjaga dan mengatur kesejahteraan penghuni surga. 
  10. Malik, Malaikat Malik disebut juga malaikat zabaniyyah bertugas menjaga dan mengatur siksa (azab) bagi para penghuni neraka. 
Dengan memperhatikan tugas para malaikat, ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari beriman kepada malaikat, antara lain:
  1. Memberi motivasi kita untuk selalu taat dan bertakwa kepada Allah Swt. seperti ketaatan para malaikat;
  2. Malaikat mengawasi perkataan dan perbuatan kita;
  3. Memberi rasa optimis untuk selalu berusaha karena Allah Swt. akan memberi ilmu melalui malaikat Jibril dan memberi rezeki melalui malaikat Mikail;
  4. Memotivasi kita untuk selalu beramal saleh karena bekal itulah yang kita bawa kelak ketika meninggal dunia untuk menghadapi pengadilan Allah Swt.
Perilaku Beriman kepada Malaikat Allah Swt



APRESIASI 
  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit

Sabtu, 19 Oktober 2019

Published Oktober 19, 2019 by with 0 comment

Larangan Mendekati Zina dalam Al-Qur`an

1. Q.S. al-Isrā’/17:32
a. Lafal Ayat dan Artinya
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

b. Hukum Tajwid
c. Kandungan Ayat
Secara umum Q.S. al-Isrā’/17:32 mengandung larangan mendekati zina serta penegasan bahwa zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. Allah Swt. secara tegas memberi predikat terhadap perbuatan zina melalui ayat tersebut sebagai perbuatan yang merendahkan harkat, martabat, dan kehormatan manusia. Karena bahayanya perbuatan zina, sebagai langkah pencegahan, Allah Swt. melarang perbuatan yang mendekati atau mengarah kepada zina.

Imam Sayuṭi dalam kitabnya al-Jami’ al-Kabir menuliskan bahwa perbuatan zina dapat mengakibatkan enam dampak negatif bagi pelakunya. Tiga dampak negatif menimpa pada saat di dunia dan tiga dampak lagi akan ditimpakan kelak di akhirat.

1) Dampak di dunia
a) Menghilangkan wibawa
Pelaku zina akan kehilangan kehormatan, martabat atau harga dirinya di masyarakat. Bahkan pezina disebut sebagai sampah masyarakat yang telah mengotori lingkungannya.

b) Mengakibatkan kefakiran
Perbuatan zina juga akan mengakibatkan pelakunya menjadi miskin sebab ia akan selalu mengejar kepuasan nafsu. Pelaku harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit hanya untuk memenuhi nafsunya.
c) Mengurangi umur
Perbuatan zina tersebut juga akan mengakibatkan umur pelakunya berkurang lantaran akan terserang penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Saat ini banyak sekali penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas, seperti HIV/AIDS, infeksi saluran kelamin, dan sebagainya.

2) Dampak yang akan dijatuhkan di akhirat
a) Mendapat murka dari Allah Swt.
Perbuatan zina merupakan salah satu dosa besar, sehingga para pelakunya akan mendapat murka dari Allah Swt. kelak di akhirat.
b) Ĥisab yang jelek (banyak dosa)
Pada saat hari perhitungan amal (yaumul ḥisab), para pelaku zina akan menyesal karena mereka akan diperlihatkan betapa besarnya dosa akibat perbuatan zina yang dia lakukan semasa hidup di dunia. Penyesalan hanya tinggal penyesalan, semuanya sudah terlanjur dilakukan.
c) Siksaan di neraka
Para pelaku perbuatan zina akan mendapatkan siksa yang berat dan hina kelak di neraka. Dikisahkan pada saat Rasulullah saw. melakukan Isra’ dan Mi’raj beliau diperlihatkan ada sekelompok orang yang menghadapi daging segar, tetapi mereka lebih suka memakan daging yang amat busuk daripada daging segar. Itulah siksaan dan kehinaan bagi pelaku zina. Mereka berselingkuh padahal mereka mempunyai istri atau suami yang sah. Kemudian, Rasulullah saw. juga diperlihatkan ada satu kaum yang tubuh mereka sangat besar, namun bau tubuhnya sangat busuk, menjijikkan saat dipandang, dan bau mereka seperti bau tempat pembuangan kotoran (comberan). Rasul kemudian bertanya, ‘Siapakah mereka?’ Dua Malaikat yang mendampingi beliau menjawab, “Mereka adalah pezina laki-laki dan perempuan.”

2. Q.S. an-Nûr/24:2
a. Lafal Ayat dan Artinya
“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah Swt., jika kamu beriman kepada Allah Swt. dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”

b. Hukum Tajwid

c. Kandungan Ayat
Kandungan Q.S. an-Nûr/24:2 sebagai berikut.
  1. Perintah Allah Swt. untuk mendera pezina perempuan dan pezina lakilaki masing-masing seratus kali.
  2. Orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan hukum Allah Swt.
  3. Pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.
Dalam pandangan Islam, zina merupakan perbuatan kriminal (jarimah) yang dikategorikan hukuman ĥudud, yakni sebuah jenis hukuman atas perbuatan maksiat yang menjadi hak Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang berhak memaafkan kemaksiatan zina tersebut, baik oleh penguasa atau pihak berkaitan dengannya. Berdasarkan Q.S. an-Nûr/24:2, pelaku perzinaan, baik laki-laki maupun perempuan harus dihukum dera (dicambuk) sebanyak 100 kali. Namun, jika pelaku perzinaan itu sudah muḥșan (pernah menikah), sebagaimana ketentuan hadis Nabi saw maka diterapkan hukuman rajam.

Dalam konteks ini yang memiliki hak untuk menerapkan hukuman tersebut hanya khalifah (kepala negara) atau orang-orang yang ditugasi olehnya. Ketentuan ini berlaku bagi negeri yang menerapkan syari’at Islam sebagai hukum positif dalam suatu negara. Sebelum memutuskan hukuman bagi pelaku zina, maka ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yaitu (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau bukti tulisan. 

Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi yang berjumlah empat orang dan pengakuan pelaku. Pengakuan pelaku, didasarkan beberapa hadis Nabi saw. Ma’iz bin al-Aslami, sahabat Rasulullah saw. dan seorang wanita dari al-Gamidiyyah dijatuhi hukuman rajam ketika keduanya mengaku telah berzina. 

Di samping kedua bukti tersebut, berdasarkan Q.S. an-Nûr/24:6-10, ada hukum khusus bagi suami yang menuduh istrinya berzina. Menurut ketetapan ayat tersebut seorang suami yang menuduh istrinya berzina sementara ia tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, maka ia dapat menggunakan sumpah sebagai buktinya. Jika ia berani bersumpah sebanyak empat kali yang menyatakan bahwa dia termasuk orang-orang yang benar, dan pada sumpah kelima ia menyatakan bahwa laknat Allah Swt. atas dirinya jika ia termasuk yang berdusta, maka ucapan sumpah itu dapat mengharuskan istrinya dijatuhi hukuman rajam. Namun demikian, jika istrinya juga berani bersumpah sebanyak empat kali yang isinya bahwa suaminya termasuk orang-orang yang berdusta, dan pada sumpah kelima ia menyatakan bahwa laknat Allah Swt. atas dirinya jika suaminya termasuk
orang-orang yang benar, dapat menghindarkan dirinya dari hukuman rajam. Jika hal ini terjadi, keduanya dipisahkan dari status suami istri, dan tidak boleh menikah selamanya. Inilah yang dikenal dengan li’an.

Tuduhan perzinahan harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti yang kuat, akurat, dan sah. Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina tanpa dapat mendatangkan empat orang saksi dan bukti yang kuat.

APRESIASI

  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit
Published Oktober 19, 2019 by with 0 comment

Syaja`ah (Keberanian)

Pengertian Syaja’ah (Keberanian).

Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah al-jubn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Dalil naqli adalah dalil yang dinukil (diambil/bersumber) dari Al-Quran dan Al-Hadits (As-Sunnah). Banyak ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan untuk bersifat Syaja'ah. Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imron: 139

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imron 3: 139) 

Penerapan Syaja’ah dalam Kehidupan.
Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu:
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia.
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi.
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt.

Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)”
Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan maslahat. Predikat pemberani bukan hanya diperuntukkan kepada pahlawan yangberjuang di medan perang. Setiap profesi dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara bertanggung jawab. Kepala keluarga dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, pegawai dikatakan berani apabila mampu menjalankan tugasnya secara baik, dan seterus nya.
Keberanian terbagi kepada terpuji (al-maḥmudah) dan tercela (al-mazmumah). Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat maksimal dalam setiap peranan yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah apabila mendorong berbuat tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya. Macam-Macam Syaja'ah. Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
  1. Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
  2. Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:
  1. Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
  2. Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
  3. Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
  1. Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.
  2. Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.
  3. Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
  4. Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
  5. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
  6.  Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.

Hikmah Syaja’ah.
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.

Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.


APRESIASI
  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
Lanjut Baca
      edit