Pengertian Syaja’ah (Keberanian).
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah
al-jubn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran
di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim
untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela
kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya
menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau
keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam
jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan
sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani.
Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan
laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan
berbuat menurut semestinya.
Dalil naqli adalah dalil
yang dinukil (diambil/bersumber) dari Al-Quran dan Al-Hadits (As-Sunnah).
Banyak ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan untuk bersifat Syaja'ah.
Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imron: 139
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imron 3:
139)
Penerapan Syaja’ah dalam
Kehidupan.
Sumber keberanian yang
dimiliki seseorang diantaranya yaitu:
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
2) Lebih mencintai akhirat
daripada dunia.
3) Tidak ragu-ragu, berani
dengan pertimbangan yang matang.
4) Tidak menomori satukan
kekuatan materi.
5) Tawakal dan yakin akan
pertolongan Allah Swt.
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau
bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena
dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat
maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah (berani)
bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)”
Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani
terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian
dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung
jawab dan berdasarkan pertimbangan maslahat. Predikat pemberani bukan hanya
diperuntukkan kepada pahlawan yangberjuang di medan perang. Setiap profesi
dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara
bertanggung jawab. Kepala keluarga dikategorikan berani apabila mampu
menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, pegawai dikatakan berani apabila
mampu menjalankan tugasnya secara baik, dan seterus nya.
Keberanian terbagi kepada terpuji (al-maḥmudah) dan tercela
(al-mazmumah). Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat maksimal
dalam setiap peranan yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati.
Sedangkan berani yang tercela adalah apabila mendorong berbuat tanpa
perhitungan dan tidak tepat penggunaannya. Macam-Macam Syaja'ah. Syaja’ah dapat
dibagi menjadi dua macam:
- Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
- Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan
sebagai berikut:
- Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
- Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
- Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka
syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
- Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.
- Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.
- Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
- Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
- Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
- Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Hikmah Syaja’ah.
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan
untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat
mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.
Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam
bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan
keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan
dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain,
unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka
akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan
sebagainya.
APRESIASI
- pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi
- apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
0 komentar:
Posting Komentar