Selasa, 13 Agustus 2019

Published Agustus 13, 2019 by with 7 comments

Pengertian Optimis, Ikhtiar, Tawakal


Materi 2 | PAI Kelas ix

Pengertian Optimis, Ikhtiar, Tawakal



1.      Optimis.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan. Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi segala hal atau persoalan.

Kebalikan dari optimis adalah pesimis. Orang yang memiliki sifat pesimis selalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis. Sifat itu memicu seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan memberi kekuatan dalam menghadapi suatu masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi penyebab seseorang menjadi terpuruk tidak bersemangat. Sifat optimis termasuk perilaku terpuji (akhlak karimah) yang harus dimiliki seorang muslim. Seorang muslim yang memiliki sifat optimis akan selalu berpikiran positif dan berprasangka baik kepada Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw. memberikan teladan kepada kita agar senantiasa memiliki sikap optimis. Perhatikan hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak ada rasa iyarah (rasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis. Maka ditanyakanlah kepada beliau: "Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?", Beliau bersabda: "Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (HR. Ahmad)

Seseorang yang bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan. Jika tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi untuk kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai berhasil. Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan tidak mau berusaha lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sifat pesimis akan membuat seseorang berprasangka buruk kepada diri sendiri dan kepada Allah Swt.

Setiap cobaan hidup yang dialami oleh seorang muslim harus dihadapi dengan tabah, semangat pantang menyerah, serta bersungguhsungguh berusaha mencari solusi terbaik. Pantang bagi seorang muslim untuk mengeluh apalagi berputus asa. Hidup ini akan terasa menyenangkan dan terasa indah jika kita mampu menjalaninya dengan penuh optimis.

Contoh Orang Yang Optimis.

Salah satu ciri orang yang optimis adalah ia memiliki harapan yang baik pada saat sebelum melakukan suatu pekerjaan. Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan senang serta Pada saat melaksanakan suatu pekerjaan. orang yang optimis mensyukuri keberhasilannya dan mengevaluasi kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.

Ciri lain dari orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesempatan, peluang, dan kemungkinan. Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala sesuatu sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan.

Dalam situasi yang sulit orang yang optimis akan selalu bilang, “Meskipun sulit, namun masih ada kesempatan untuk berhasil.”

Sebaliknya, dalam situasi yang mudah orang yang pesimis masih mengatakan, “Sebenarnya itu hal yang mudah bagiku, namun aku khawatir kalau nantinya akan gagal.”

Orang yang optimis biasanya ditandai dengan wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum. Sebaliknya orang yang pesimis biasanya sering cemberut dan terlihat murung. Sekarang kita dapat memilih, mau menjadi orang yang optimis atau pesimis ?

2.      Ikhtiar.

Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha atau berupaya untuk meraihnya. Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut.
a.      Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.
b.      Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja
c.      Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat atau mengurangi pengeluaran
d.      Orang yang ingin sehat harus berusaha dengan rajin menjaga kebersihan dan berolah raga.
e.      Orang yang sedang sakit dan ingin sembuh harus berobat. Usaha-usaha tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam diri tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa, memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.
Perhatikan kisah mengenai gigihnya usaha seorang anak sopir angkot dalam meraih cita-citanya berikut ini: Allah Swt. mengajarkan mengenai pentingnya ikhtiar, sabagaimana firman-Nya berikut ini:
 وَأَنْلَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ. وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ . ثُمَّيُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ . وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَالْمُنْتَهَىٰ
Artinya: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”. (QS. anNajm:39-42)
3.      Tawakal.

Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan kamu sudah belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan teliti.

Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada Allah Swt. Contoh lain misalnya seseorang telah bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh. Berapa pun hasilnya ia pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt. Ia meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemurah, dan Maha Kaya.

Kepribadian tawakal ini merupakan salah satu akhlak terpuji. Seseoran yang memiliki sikap tawakal berarti telah memiliki modal awal yang baik. Seandainya hasil usahanya tidak memuaskan maka ia dapat menerima dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Sebaliknya , jika hasil usahanya sangat memuaskan maka ia tidak merasa sombong dan angkuh karena hal itu semata-mata karunia dari Allah Swt. Ingatlah bahwa manusia hanya berkewajiban untuk berusaha, sedangkan keputusan sepenuhnya di tangan Allah Swt. yang memiliki sifat wajib Maha Berkehendak (Irādah) dan Maha Kuasa (Qudrah).

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَآمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْهَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُواإِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۖ وَاتَّقُوا اللَّهَۚ وَعَلَى اللَّهِفَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika suatu kaum` bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal." (QS. Al-Maidah : 11)

Seseorang yang menyertakan tawakal dalam setiap tindakan dan usahanya akan berdampak positif terhadap kepribadiannya. Dampak positif ini terlihat tidak hanya ketika usahanya berhasil. Namun juga terlihat ketika usahanya tidak berhasil. Orang yang tawakal tetap menanggapinya dengan positif. Contoh Orang Yang Tawakal.
1.      Kalau usahanya sukses, orang yang tawakal meyakini bahwa kesuksesan itu merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri dan tidak perlu menjadi tinggi hati.
2.      Kalau usaha tidak sukses, orang yang tawakal tidak berputus asa dan tetap berusaha. Bahkan dia melakukan introspeksi diri mengapa usahanya tersebut belum berhasil. Apakah ada sesuatu yang kurang atau ada yang ia kerjakan dengan tidak sungguh-sungguh. Orang yang tawakal tetap meyakini bahwa kegagalan merupakan keberha-silan yang tertunda.





Lanjut Baca
      edit
Published Agustus 13, 2019 by with 0 comment

Iman Kepada Kitab Allah

Materi 1 | PAI Kelas viii

Makna Iman Kepada Kitab Allah

pkbm binawarga


Mengapa Iman kepada Kitab Itu Penting?Banyak sekali terjadi perselisihan dan kejahatan di masyarakat misalnya saja tawuran, pencurian, mabuk-abukan dan lain sebagainya. Semua terjadi karena di dalam hatinya tidak ada petunju hidup bagi para pelakunya. Andai kata bagi para pelaku tersebut memiliki petunjuk maka hal terebut tidak akan terjadi. Di sinilah peran dari iman kepada kitab Allah karena di dalamnya terdapat petunjuk terhadap manusia. Namun  kitab suci tersebut tidak mempunyai manfaat apabila di dalam hatinya tidak terdapat iman untuk menerima dan juga mengamalkan apa ajaran yang terkandumg di dalamnya. Sehingga dengan demikian kita harus mengimaninya terhadap litab Allah supaya kitab tersebut membawa manfaat bagi kita.

Pengertian Iman kepada Kitab Allah

Definisi atau pengertian iman adalah percaya dan juga yakin dengan sepenuh hati. Melekatnya keyakinan tersebut di dalam hati, akan menggerakkan kita untuk melakukan perbuatan yang sesuai keyakinan tersebut. Pengertian iman kepada kitab Allah Swt. mempunyai 2 hal yaitu 1). keyakinan terhadap adanya kitab Allah dan penerimaan terhadap kitab tersebut. 2). di dalam jiwa muncul kesediaan untuk menjalankan ajaran, perintah, ataupun terhadap larangan yang ada di dalam kitab Allah SWT, baik dengan ucapan ataupun dengan perbuatan. Iman kepada kitab Allah merupakan rukun iman ketiga. bagi umat islam sehingga apabila mengingkarinya maka yang bersangkutan termasuk di daam golongan orang yang kafir terhadap kitab Allah Swt. OUntuk biasa mempunyai keimanan yang benar, kita harus mengenal dan juga memahami terhadap kitab Allah Swt. secara baik. Terdapat 4 kitab yang di turunkan Allah Swt. ke muka bumi ini yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al- Qur’an.

Cara Beriman kepada Kitab Allah

Untuk cara beriman kepada kitab Allah tidaklah sama antara kitab yang satu dengan yang lainnya karena masing-masing kitab turunnya berbeda-beda, sehingga cara beriman kepada kitab-kitab tersebut juga berbeda pula.

Iman kepada Kitab Sebelum Al-Qur’an

cara beriman kepada kitab sebelum Al quran yaitu dengan melakukan :
  • Yakin bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab tersebut. Tentu saja saat kitab tersebut masih asli belum berubah dari ajaran tauhid kepada Allah Swt.
  • Kita tidak wajib untuk mengikuti jaran dari kitab-kitab tersebut. Ini disebabkan karena kita merupakan umat dari Nabi Muhammad SAW. yang hanya berkewajiban untuk taat kepada apa saja yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Iman kepada Kitab Al-Qur’an

cara beriman kepada kitab Al-Qur’an yaitu meliputi :
  • Meyakini terhadap Al-Qur’an bahwa Al Quran merupakan wahyu dari Allah Swt. yang terjamin kemurnian dan terjamin kebenarannya.
  • Mempelajari terhadap isi Al-Qur’an, hal ini karena tanpa kita mempelajari kandungannya kita tidak akan tahu apa isi kandungan Al Quran.
  • Menjalankan terhadap ajaran Allah Swt. yang ada di dalam Al-Qur’an secara konsekuen.

Kitab dan Suhuf

Kitab Allah Swt

Dengan diturunkannya kitab Allah maka manusia dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.

Pengertian Kitab

Jika dilihat pengertian kitab secara bahasa dapat diartikan sebagai tulisan. Kata tersebut seiring perkembangan mempunyai arti baru yaitu buku atau ketetapan.Sedangkan pengertian kitab secara istilah memiliki arti buku atau tulisan yang dibukukan yang mengandung isi berupa wahyu Allah Swt. kepada umatNya melalui para rosulnya. Penulisan wahyu Allah dalam bentuk kitab/ buku tersebut seringkali kali dilakukan setelah para rasul tersebut wafat. Untuk contohnya adalah pembukuan Al-Qur’an yaitu pada masa kekalifahan Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab.

Cara Kitab Diturunkan
Artinya:
Dan tdk mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata - kata dgn dia kecuali dgn perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dgn mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dgn seizin-Nya apa yg Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lg. Maha Bijaksana. (Surah asy-Syura ayat 51)

Cara kitab suci diturunkan dapat diketahui dari sejarahnya, yaitu dengan cara berikut ini:

a). Melalui perantaraan Malaikat Jibril

b). Bercakap-cakap dengan Allah Swt. di balik tabir.

c). Melalui mimpi.

d). Melalui bunyi lonceng

Isi Kitab Allah

Kitab Allah Swt secara garis besarnya mempunyai kandungan sebagai berikut:
  1. Ajaran akidah yang benar yaitu ajaran tauhid terhadap Allah Swt. dan keimanan yang benar.
  2. Ajaran syariat Allah Swt. terhadap manusia, yaitu ajaran mengenai aturan di dalam menjalankan kehidupan, perintah, dan larangan Allah Swt. bagi manusia.
  3. Ajaran akhlak, yaitu ajaran mengenai bagai mana cara bersikap kepada Allah Swt., kepada manusia, dan juga cara bersikap kepada makhluk Allah Swt. yang lainnya.
  4. Ajaran tentang janji akan nikmat Allah Swt. dan juga tentang ancaman siksa untuk umat yang tidak taat kepada Allah Swt.
  5. Kisah dari umat-umat yang terdahulu atau kejadian yang akan datang.
  6. Kaidah-kaidah ilmiah yang merangsang akal pikiran dan pengetahuan manusia.
Kitab Suci dan Rasul yang Menerimanya

Menurut hadits, Allah mengangkat 124.000 nabi dan juga mengutus 313 rasul di dunia ini. Jika lihat jumlahnya yang banyak tersebut mungkin saja Allah SWT juga menurunkan kitab Allah yang banyak juga, namun, kita yang wajib untuk kita imani hanyalah 4 buah saja yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan juga kitab Al-Qur’an.

a. Kitab Taurat

Nabi Musa AS adalah penerima wahyu Allah yang berupa kitab taurat yang merupakan pedoman untuk kaum yahudi atau Bani Israel. Kitab ini ditulis oleh para pengikut Nabi Musa AS pada masa pembuangan di Babylonia. Kitab ini kemudian oleh kaum yahudi disusun tafsir pelaksanaannya yang dikenal sebagai Talmud. Kita sebagai umat islam meyakini adanya Taurat yang diterima Nabi Musa AS seperti yang ada di Surah al-Isra ayat 2 berikut ini:

kitab taurat
Artinya:
Dan Kami berikan kpd Musa kitab (Taurat) & Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dgn firman): Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku


Adapun untuk kandungan dari taurat adlh wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa AS pada waktu berada di gunung sinai yang memuat 10 perintah Allah.  Adapun isi 10 perintah (Ten Commandments)tersebut meliputi :

1) Hormati & cintai satu Allah;
2) Sebutlah nama Allah dgn hormat;
3) Kuduskanlah hari Tuhan (Hari Sabat, merupakan hari ke-7 setelah bekerja selama 6 hari dlm  seminggu);
4) Hormatilah ibu & juga bapakmu;
5) Jangan membunuh;
6) Jangan bercabul;
7) Jangan mencuri;
8) Jangan berdusta;
9) Jangan ingin berbuat cabul;
10) Jangan ingin mempunyai barang orang lain dgn cara yang tdk halal.

b). Kitab Zabur

Nabi Daud adalah merupakan nabi penerima Kitab Zabur dari Allah SWT dan juga menjadi kitab tambahan untuk Bani Israel selain kitab Taurat yang menjadi pegangan utama dari agama Yahudi. Kitab Zabur ini dikenal juga dengan sebutan kitab Mazmur, isinya adalah kumpulan dari syair nyanyian pujian, zikir, doa, dan juga nasihat kepada Bani Israel. Adapun di dalamnya terdiri dari 150 pasal dalam Perjanjian Lama.
Dalam Surah al-Isra ayat 55, Allah menginformasikan tentang kitab zabur sebagai berikut :
Artinya:
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yg (ada) di langit &n di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yg lain), & Kami berikan Zabur kpd Daud.

c. Kitab Injil

Nabi Isa AS merupakan nabi penerima wahyu Allah berupa kitab sebagai pedoman untuk Bani Israel. Seperti halnya kitab Taurat, penyusunan dari kitab Injil dilakukan sesudah wafatnya Nabi Isa a.s. Kitab injil  bagi umat Kristiani dikenal sebagai Perjanjian Baru. Kitab Injil bersifat melengkapi dari apa yang diajarkan oleh Nabi Musa AS yang terdapat di dalam kitab Taurat juga sekaligus untuk mengoreksi perikehidupan untuk kaum Israel. Sebagai contoh adalah ajaran zuhud yang menjadi koreksi kehidupan materialistis untuk Bani Israel. Ini terlihat di dalam Surah al-Maidah ayat 46 berikut ini.
Artinya:
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dgn Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yg sebelumnya, yaitu : Taurat. Dan Kami tlah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk & cahaya (yg menerangi), & membenarkan kitab yg sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran utk orang-orang yg bertakwa.

d. Al-Qur’an

Kitab Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir yang diturunkan Allah Swt. kepada Rasulullah Muhammad saw. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk seluruh manusia. Kitab Al Quran merupakan kitab yang sudah disempurnakan untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia sampai degan akhir zaman. Ada banayak sekali ayat di dalam Al-Qur’an yang menerangkan kehadiran Al-Qur’an, keunggulan, dan kesempurnaan dari ajarannya, misalnya saja di Surah al-Baqarah ayat 2 yang berikut ini.
Kitab Al Quran
Artinya:
Kitab (Al Quran) ini tdk ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yg bertakwa

Suhuf

Pengertian Suhuf adalah merupakan lembaran-lembaran tulisan wahyu dari Allah Swt. yang diturunkan kepada para nabi. Hakikat suhuf adalah sama dengan kitab, hanya saja jika kitab telah dibukukan sementara untuk suhuf tidak dibukukan seperti halnya kitab. Ada 2 pendapat mengenai maksud dari suhuf yaitu yang 1). suhuf adalah tulisan wahyu yang tersebar dalam berbagai media misalnya pada pelepah ataupun pada batu, 2). suhuf adalah tulisan satu surah dari kitab-kitab para nabi.

Kitab Al-Qur’an terdiri dari 114 suhuf. Kedudukan dari suhuf adalah sama dengan kitab suci yang juga harus kita imani seperti halnya kitab-kitab Allah SWT. Berikut ini adalah para nabi yang memperoleh suhuf :
  • Nabi Adam a.s. : 10 suhuf.
  • Nabi Syis a.s. : 60 suhuf.
  • Nabi Idris a.s. : 30 suhuf.
  • Nabi Ibrahim a.s. : 30 suhuf.
  • Nabi Musa a.s. : 10 suhuf.


Mencintai Al Quran

Pengertian Al-Qur’an

Kata Al-Qur’an secara bahasa berarti bacaan mulia, bacaan yang diulang-ulang secara konsisten, dan bacaan yang pasti benar. Adapun secara istilah, Al-Qur’an adalah merupakan kalam dari Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw. sebagai petunjuk bagi umatnya. Al-Qur’an memiliki banyak nama. Diantaranya al-Kitab (kitab/buku), az-Zikra (peringatan), al-Huda (petunjuk), dan Kalamullah (firman Allah). Al-Qur’an merupakan pedoman utama dalam Islam. Tidak ada satupun rujukan yang melebihi kesahihan dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an. Oleh karenanya, setiap muslim harus menjadikan Al- Qur’an sebagai sumber dan tolak ukur utama bagi kehidupannya.

Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Gua Hira merupakan tempat Al-Qur’an diturunkan untuk pertama kalinya. Terdapat riwayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Waktu yang lama tersebut mempunyai hikmah yang sangat penting yaitu bahwa ajaran agama Islam bisa diterima dengan cara yang perlahan, dihafalkan dan juga diamalkan dalam keseharian dari kaum muslimin. Selain dari pada itu, turunnya Al-Qur’an yang secara bertahap adalah merupakan jawaban dari persoalan yang terjadi di masa Rosulullah SAW. Walaupun jawaban atas permsalahan tersebut untuk pada masa nabi, namun hal tersebut juga merupakan pelajaran bagi kita semua yang hidup sesudah masa nabi.

Bukti Al-Qur’an adalah Wahyu Allah

Jika ada pertanyaan apakah benar bahwa Al-Qur’an merupakan dari wahyu Allah Swt.? Pertanyaan tersebut dimungkinkan muncul. Islam sebagai agama yang ilmiah, maka Allah Swt. tidak lantas menghukum terhadap orang-orang yang bertanya sesperti itu namun sebaliknya, Allah Swt. menantang kepada siapapun untuk membuat satu ayat saja seperti halnya ayat-ayat Al-Qur’an. ADapaun tantangan tersebut, Allah SWT sampaikan dalam Al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 23 berikut ini
Artinya:
Dan jika kamu (tetap) dlm keraguan ttg Al-Qur’an yg Kami wahyukan kpd hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yg semisal Al-Qur’an itu & ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang-orang yg benar.

Allah SWT dalam ayat tersebut menantang kepada siapapun untuk membuat karya seperti halnya Al-Qur’an baik dari segi keindahan bahasanya, ketinggian cita rasa, keunggulan ilmiah yg ada di dalamnya, serta kesempurnaan dari tata bahasanya. Mengapa demikian? Jika Al-Qur’an adalah merupakan buatan Muhammad atau manusia yang lainnya, tentu akan ada manusia lain yang dapat menandingi dari kehebatan karyanya. Jika ternyata tidak ada seorangpun yang bisa membuat karya yang seperti halnya Al-Qur’an, maka bisa disimpulkan bahwa Al-Qur’an memang bukanlah buatan dari manusia. Kesempurnaan dari Al-Qur’an hanya bisa disusun oleh Allah Swt saja Yang Maha Sempurna.

Cara Mencintai Al-Qur’an

Sikap yang mencintai terhadap Al-Qur’an wajib dimiliki oleh umat muslim sebab Al-Qur’an adalah merupaka tanda cinta dari Allah Swt. terhadap kita sebagai hambaNya. Contoh cinta sudah ditunjukkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena setiap kali ada turun ayat, maka para sahabat akan berlomba untuk mengerumuni Nabi untuk mendengarkan ayat tersebut. Para sahabat mendengarkan ayat Al-Qur’an dengan rasa ingin tahu dan juga hormat yang sangat besar. Setelah mendengarkanya maka para sahabat akan segera menghafalkannya dan juga akan mengamalkannya. Berikut ini merupakan contoh cara mencintai Al Quran yang dapat dilakukan :

1. Selalu meluangkan waktu untuk membaca dan juga mempelajari isinya.
2. Memperlakukan kitab Al-Qur’an dengan cara yang hormat, baik itu pada waktu membawanya, meletakkannya, ataupun pada saat kita menyimpannya.
3. Mendengarkan bacaan dari Ayat Al-Qur’an dengan rasa penuh hikmat.
4. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan.
5. Mengamalkan perintah dan juga menjauhi terhadap semua larangan yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an.

TUGAS SISWA (silahkan klik "Refleksi materi 1" di bawah;)

REFLEKSI MATERI 1


Lanjut Baca
      edit
Published Agustus 13, 2019 by with 0 comment

Tugas 1 | PAI Kelas viii

Tugas 1 | PAI Kelas viii

PERHATIAN!!!

  1. Sebelum mengerjakan tugas pastikan anda telah membaca materi yang ada, jika belum silahkan LIHAT MATERI
  2. khusus warga belajar reguler (mengikuti pembelajaran tatap muka) untuk mapel seni budaya, prakarya, kertankes (paket b dan c) dan sejarah (hanya paket c), pengerjaan tugas dihitung sebagai absensi
  3. Untuk warga belajar non reguler (DARING) pengerjaan tugas semua mata pelajaran dihitung sebagai absensi
  4. jika diketemukan hasil tugas tidak sesuai dengan materi, maka dianggap tidak mengerjakan tugas
  5. untuk pengisian nomor induk, isi dengan nomor induk siswa, LIHAT NO INDUK

SELAMAT MENGERJAKAN



REFLEKSI SISWA


Lanjut Baca
      edit
Published Agustus 13, 2019 by with 0 comment

Pengertian, Iman Hari Akhir, Tanda-tanda dan Macam-macam Kiamat



Iman kepada hari akhir, Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri Kebiasaan Buruk, fase-fase setelah kematian, hari akhir, pengertian hari kiamat, tanda2 kiamat, tanda tanda kiamat


Pengertian Iman Kepada Hari Akhir dan Macam-Macamnya Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Umat Islam harus percaya dan yakin bahwa hari akhir itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah SWT.


Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya terompet Malaikat Israil. Dijelaskan bahwa pada hari itu daratan, lautan dan benda-benda di langit porak-poranda. Gununggunung meletus, hancur, dan berhamburan. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang, planet, dan bulan saling bertabrakan
Dalil Hari Kiamat

Seluruh manusia menjadi panik. Mereka berlari pontang-panting dan tidak sempat mengenali lagi sanak saudaranya. Semua ingin menyelamatkan diri, namun akhirnya semuanya mati, hancur, dan menghadap Ilahi. Tidak hanya manusia yang mati, seluruh tumbuhan, hewan, kuman, bakteri, virus, jin, dan syaitan juga mengalami kematian. Maha Besar Allah atas segala kuasanya.


Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Umat  islam harus percaya dan yakin bahwa hari akhir itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah SWT. Para ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu:

1. Kiamat Sugra

Kiamat Sugra (kiamat kecil), yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya: matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan sebagainya.

2. Kiamat Kubra

Kiamat Kubra (kiamat besar) yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porakporanda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat. Kiamat Kubra ini dialami oleh seluruh makhluk hidup di jagad raya tanpa terkecuali. Kejadian ini terjadi secara menyeluruh, sehingga dapat dibayangkan bahwa suasana saat itu sangat mencekam dan luar biasa dahsyatnya. Jika itu sudah dikehendaki oleh Allah Swt., Sang Pencipta, maka tidak ada yang bisa menghalangi kekuasaan dan kebesaran-Nya.

Peristiwa kiamat kecil berupa kematian sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kiamat kecil itu merupakan akhir dari kehidupan orang-orang yang mengalaminya. Bagi orang yang masih hidup hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bahwa pada saatnya kita juga akan mengalaminya. Kiamat Kubr± memang belum terjadi, karena itu peristiwanya hanya dapat diketahui melalui keterangan dan berita dari Allah Swt. dan Rasulullah saw.

Kejadian Kiamat Kubra


Kejadian mengenai hari kiamat digambarkan oleh Allah Swt. begitu
dahsyat, sebagaimana tertuang dalam QS. Al Qoriah (101) ayat 4-5 berikut ini:
Artinya: “Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”(Q.S. al-Qāri’ah/101:4-5)

Di dalam QS. Az Zalzaalah (99) Ayat 1-2 Allah Swt. juga berfirman:
Artinya: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,”(QS. AL Zalzaalah, ayat 1-2)

Kiamat Kubra memang belum terjadi sehingga tak seorang pun mengetahui peristiwa yang sebenarnya. Namun kita mengetahuinya dari Firman Allah Swt. dan Hadis Nabi saw. Adapun kejadian kiamat Kubra digambarkan oleh Allah Swt.sebagai berikut:

a. Malaikat Israil meniup sangkakala untuk yang pertama kali. Semua makhluk akan mati, kecuali  yang dikehendaki hidup oleh Allah Swt.

Artinya: “Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)...”(Q.S. az-Zumar/39:68)

Setelah peristiwa kiamat yang maha dahsyat itu, semua manusia akan mati dan mengalami proses kehidupan di alam akhirat sebagai berikut:

1) Alam Barzakh (Yaumul Barzakh)

Alam barzakh yang dikenal dengan alam kubur yang merupakan pintu gerbang menuju akhirat atau batas antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam kubur manusia akan bertemu, ditanyai, dan diperiksa oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang segala amal perbuatannya ketika menjalani kehidupan di dunia.

2) Yaumul Ba’ats

Pernahkan kamu melihat benih kecil yang tumbuh di atas tanah? Begitulah kelak Allah Swt. akan membangkitkan kembali seluruh manusia yang telah mati dari alam kubur. Peristiwa itu dinamakan yaumul ba’ats. Yaumul ba’ats adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur untuk diarahkan menuju ke padang mahsyar. Kebangkitan manusia ini akan terjadi setelah ditiupkan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Isra!l. Seluruh manusia mulai zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir bangkit dari kubur. Adapun keadaan mereka bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka pada waktu hidup di dunia. Firman Allah Swt.:
Artinya: “Lalu ditiuplah sangkakala (yang kedua kalinya), maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya”. (Q.S. Yās³n/36:51)

Karena kesombongannya, sebagian orang tidak mau percaya tentang kejadian hari akhir. Orang-orang seperti ini kelak akan tercengang, menyesal, malu, lantas menundukkan kepala mereka dengan lesu. Mereka merasa kebingungan dan sangat panik karena tidak pernah menduga hal semacam ini akan terjadi. Orang-orang yang ingkar semacam ini diibaratkan Allah Swt. seperti belalang yang beterbangan ke sana kemari karena cemas, panik, dan bingung. Pandangan mereka tertunduk dan ketika mereka keluar dari kuburan, mereka panik seperti belalang yang beterbangan serta meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.

3) Yaumul Hasyr atau Yaumul Mahsyar

Yaumul Hasyr atau yaumul Mahsyar adalah hari dikumpulkannya seluruh manusia yang telah dibangkitkan dari kuburnya, di sebuah padang yang sangat luas bernama Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar ini keadaan manusia sangat susah, tidak ada yang dapat menolong kecuali hanya pertolongan yang datangnya dari Allah Swt. bagi orangorang yang dikehendaki-Nya.

Pada yaumul mahsyar ini pula manusia menerima catatan amalnya selama hidup di dunia, baik amal yang buruk maupun amal yang baik. Seluruhnya tercatat secara rinci. Orang yang beriman dan beramal saleh mereka merasa gembira melihat catatan amalnya. Sebaliknya, orang yang berbuat jahat dan kerusakan ketika hidup di dunia akan menerima catatan amalnya dengan perasaan sedih serta penuh dengan penyesalan.

Penyesalan hanyalah tinggal penyesalan karena segalanya sudah terjadi. Pada hari itu orang yang tidak beriman sungguh telah putus harapannya karena pertolongan Allah Swt. sudah tidak mungkin lagi datang kepadanya. Sebaliknya bagi orang-orang yang beriman penantiannya di Padang Mahsyar adalah penantian yang penuh harapan akan pertolongan Allah Swt.

Ketika seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, mereka menunggu pengadilan dari Allah Swt. Bagaimana gambaran Padang Mahsyar? Padang Mahsyar sendiri digambarkan oleh Rasulullah saw.
sebagai tanah lapang berwarna putih bersih dan tidak ada tempat untuk berteduh maupun pepohonan.

Di Padang Mahsyar inilah Allah Swt. akan mengadili manusia


Artinya: “Dan bumi (padang mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksisaksi pun dihadirkan,lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka tidak dirugikan.(QS. az-Zumar/39:69)

Seluruh manusia ketika berada di Padang Mahsyar merasa sangat cemas. Orang yang banyak beramal baik merasa cemas apakah amal kebaikannya diterima Allah Swt. Sebaliknya orang yang berbuat jahat merasa cemas dan takut apakah perbuatannya itu akan diampuni oleh Allah Swt. Pengadilan Allah Swt. di Padang Mahsyar ini juga menentukan, apakah manusia akan selamat dan masuk surga dengan penuh kebahagiaan atau akan masuk neraka.

4) Yaumul Mizan dan Yaumul Hisab

Arti kata Mizan adalah timbangan, sedangkan Hisab artinya perhitungan. Dua istilah ini ,yaitu Yaumul Mizan dan Yaumul Hisab memiliki makna yang hampir sama maknanya.

Dengan demikian, yaumul mizan adalah hari ditimbangnya seluruh amal baik dan buruk manusia untuk menerima keadilan dan balasannya masing-masing. Yaumul Mizan ini disebut juga dengan Yaumul Hisab, yaitu hari diperhitungkannya seluruh amal perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk. Pada hari itu manusia akan menerima balasannya masing-masing berdasarkan keadilan dari Allah SWT.
Setelah seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia akan dihitung atau ditimbang. Bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih berat akan mendapatkan balasan yang memuaskan, sedangkan bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih ringan akan mendapatkan balasan neraka hawiyah, yaitu neraka yang panas.

5) Surga dan Neraka

Allah Swt. memiliki sifat Yang Maha Adil, karena seluruh perbuatan manusia akan diadili. Seluruh amal baik dan amal buruk manusia akan mendapatkan balasannya. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari keadilan Allah Swt.
Sebaliknya orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan mendapati timbangan amal buruknya sangat berat. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa susahnya seseorang yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. Mereka kelak di akhirat akan mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas perbuatan jahatnya itu.

Balasan terhadap amal buruk yang dilakukan ketika hidup di dunia ditimpakan setelah dilakukan penimbangan seberapa berat kejahatan dan keburukan yang telah dilakukannya. Kemudian mereka akan mendapatkan balasannya berupa siksa di neraka.
Artinya: “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yāsinn/36:55-58)

Lanjut Baca
      edit
Published Agustus 13, 2019 by with 0 comment

JIWA LEBIH TENANG DENGAN BANYAK MELAKUKAN SUJUD


materi 3 | PAI Kelas viii

JIWA LEBIH TENANG DENGAN BANYAK MELAKUKAN SUJUD



Sujud merupakan satu bentuk kepasrahan dan penghambaan diri kepada Allah Swt. Hanya kepada Allah sajalah manusia itu boleh bersujud. Adapun kepada  sesama manusia kita diperintahkan untuk saling menghormati saja. Pada saat kita sujud maka dahi, telapak tangan, kaki, dan lutut semua menempel ke tanah (alas sujud). Inilah posisi paling ideal sebagai bentuk kepasrahan, ketundukan, dan kepatuhan total kepada Allah Swt.
Sujud sudah sangat lazim dilakukan di dalam salat. Segala macam jenis salat pasti ada sujudnya, kecuali dalam shalat jenazah. Namun pembahasan di sini lebih difokuskan pada bentuk-bentuk sujud di luar sujud shalat, yang meliputi : sujud sahwi, dan sujud tilawah, dan sujud syukur.


A. SUJUD  SAHWI

1.  Pengertian, Hukum dan Sebab-sebab Sujud Sahwi

Setiap manusia tidak pernah luput dari salah dan lupa. Sangat tepat jika ada ungkapan : “أَلإِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَإِ وَالنِّسْيَانِ ” (Manusia itu tempatnya salah dan lupa). Sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah segera menebusnya dengan bertaubat dan meminta ampunan. Sebaik-baik orang yang lupa di tengah sholatnya adalah segera menebusnya dengan melakukan sujud sahwi di akhir sholatnya, sebagai bentuk pernyataan ketidaksempurnaannya di hadapan Alloh.
Sahwi artinya lupa. Jadi, yang dimaksud Sujud Sahwi adalah sujud dua kali yang dilakukan setelah tahiyat akhir dan sebelum salam, disebabkan karena lupa, ragu-ragu jumlah rekaat, atau melakukan kesalahan tertentu dalam sholatnya.
Hukum Sujud sahwi adalah sunnah bagi setiap orang yang lupa dalam sholatnya, baik bagi orang yang sholat munfarid maupun bagi imam shalat berjamaah. Sedangkan bagi makmum, hukumnya wajib mengikuti imam yang sedang sujud sahwi. Jika imamnya tidak melakukan sujud sahwi, maka makmum tidak boleh sujud sahwi sendiri.
Seseorang disunnahkan sujud sahwi apabila melakukan salah satu sebab berikut :
a. Lupa tidak mengerjakan sunnah ab'adh: yaitu (1) Qunut Subuh, bagi yang biasa qunut, dan (2) tahiyat awal..

Jika yang ditinggalkannya berupa sunnah-sunnah haiat, seperti takbirotul ihrom, doa iftitah, angkat tangan ketika takbir, dll, tidak perlu sujud sahwi.
Nabi Saw bersabda :

إِذَا قَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ   يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ وَإِنِ اسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ               وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ

Artinya: "Bila seorang diantara kalian berdiri sesudah dapat dua rakaat, tetapi ia belum sempurna berdirinya, hendaklah ia segera duduk kembali (untuk tasyahud awal); dan jika ia sudah sempurna berdirinya, maka jangan duduk kembali, dan hendaklah ia sujud sahwi dua kali". (HR Ahmad)

b. Lupa atau ragu-ragu tentang jumlah rakaatnya. Misalnya ragu-ragu dalam shalat 'Isyak, apakah sudah dapat empat rakaat atau baru tiga rakaat. Dalam hal ini, ambillah bilangan yang tersedikit (yakni baru 3 rakaat).
c. Lupa meninggalkan salah satu rukun salat  seperti lupa melakukan rukuk, iktidal, atau sujud. Jika teringat pada rekaat berikutnya, maka rekaat yang kekurangan rukun sholat tersebut tidak dihitung.
d. Lupa kelebihan atau kekurangan rukun.
e. Lupa kekurangan atau kelebihan jumlah rakaat. Dalam kasus rakaat kurang, apabila pada saat shalat ada yang mengingatkan bahwa rakaat salat kita kurang, maka harus segera berdiri, dan melengkapi jumlah rakaatnya, baru kemudian melakukan sujud sahwi.


2. Kaifiyat (Tatacara) Sujud Sahwi
Setelah selesai membaca tahiyyat akhir dan masih dalam kondisi belum salam, kemudian :
a. Membaca takbir pertama, diteruskan sujud yang pertama sambil membaca tasbih :

سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلاَ يَسْهُوْ
ارتيپا : "ماها سوڇي توهان ياڠ تيداء تيدور دان تيداء لوڤا"

b. Membaca takbir kedua, kemudian duduk.
c. Membaca takbir ketiga, terus sujud yang kedua sambil membaca tasbih seperti di atas.
d. Membaca takbir keempat, lalu duduk dan shalat diakhiri dengan salam dua kali sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.



B. SUJUD  TILAWAH

1. Pengertian, Hukum, Penyebab dan tata aturan Sujud Tilawah

Pengertian. Yang dimaksud Sujud Tilawah adalah sujud satu kali yang dilakukan setelah membaca atau mendengar bacaan ayat-ayat sajdah didalam kitab Al-Qur'an.
Hukum sujud tilawah adalah sunnah. Namun hukumnya wajib bagi makmum yang imamnya melakukan sujud tilawah.
Penyebab. Seseorang disunnahkan melakukan sujud tilawah apabila membaca atau mendengarayat-ayat sajdah yang terdapat didalam salah satu dari 15 tempat. Baik sewaktu dalam keadaan sholat maupun diluar sholat.
Ke-15 tempat tersebut ialah terdapat didalam surat-surat :  Al-A'raf [7] ayat  206;   Ar-Ra'du [13] ayat 15;   An-Nahl [16] ayat 49;  Al-Isra' [17] ayat 109;   Maryam [19] ayat 58;  Al-Hajj [22] ayat 18 dan 77;   Al-Furqan [25] ayat 60;  An-Naml [27] ayat 25; As-Sajdah [32] ayat 15;  Shad [38] ayat 24;  Fush-shilat [41] ayat 38;   An-Najm [53] ayat 62;   Al-Insyiqaq [84] ayat 21;  dan surat Al-'Alaq [96] : 19.  

Syarat Sujud Tilawah. Meliputi :
1. Suci dari hadas dan najis
2. Menghadap kiblat
3. Menutup aurat.

Rukun sujud tilawah  meliputi:
1. Niat   
2. Takbiratul ihram
3. Sujud satu kali dengan diawali bacaan takbir
4. Duduk setelah sujud dengan tuma’ninah tanpa membaca tasyahud
5. Salam

Hikmah Melaksanakan Sujud Tilawah,  yaitu:
1. Dijauhkan dari godaan setan.
2.  Lebih menghayati bacaan dan makna al-Qur’an yang sedang dibaca.
3.  Mendekatkan diri kepada Allah Swt.


2. Kaifiyat (Tatacara) Sujud Tilawah
Jika membaca ayat sajdah itu sewaktu dalam keadaan berdiri sholat, maka caranya :
a. Menghentikan sementara bacaan ayat, kemudian membaca takbir (Alloohu Akbar) dan terus sujud satu kali.
b. Ketika sedang sujud membaca :
سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَارَكَ اللَّهُ  أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ
ارتيپا : "واجاهكو سوجود كّڤادا توهان ياڠ مّنڇيڤتاكان دان مّمبّنتوكپا, ياڠ مّرّكاهكان ڤّىدّڠاران دان ڤّڠليهاتانپا, دّڠان كّكواساأن دان كّكواتانپا. ماها سوڇي الله, سّبايك-۲ ڤّنڇيڤتا"

c. Membaca takbir lagi untuk berdiri, kemudian meneruskan bacaan ayatnya.Jika membaca atau mendengar ayat sajdah itu sewaktu diluar sholat, maka bagi orang yang punya wudhu disunnahkansujud tilawah.

Cara sujud tilawah sebagai berikut :
a. Boleh dimulai dari posisi duduk atau berdiri, lalu menghadap ke kiblat, kemudian membaca takbir disertai niat sujud tilawah, terus sujud sekali.
b. Ketika sedang sujud membaca bacaan tasbih seperti di atas.
c. Membaca takbir lagi untuk duduk, diteruskan salam dua kali.

Sedangkan bagi orang yang tidak punya wudhu atau tidak sempat melakukan sujud tilawah, ia disunnahkan untuk menggantinya dengan membaca tasbih berikut ini 3 kali :

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ    لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ

Hikmah dan manfaat sujud tilawah adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi :

اِذَا قَرَأَ ابْنُ آدمَ السَّجْدَةَ  فَسَجَدَ اِعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِيْ يَقُوْلُ : يَا وَيْلَتَا أُمِرَ ابْنُ آدمَ بِالسُّجُوْدِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَ أُمِرْتُ بِالسُّجُوْدِ فَعَصَيْتُ فَلِيَ النَّارُ. (مسلم)
ارتيپا : "اڤابيلا مانوسيا مّمباڇا أيات سَجْدَة ماكا شيطان مّڠهيندار سامبيل مّناڠيس دان مّپّسال: سوڠݤوه ڇّلاكا, مانوسيا ديسوروه سوجود, لالو ديا سوجود, سّداڠ اكو ديسوروه سوجود تّتاڤي تيداء ماو. كارنا ايتو سايا ماسوء نّراكا"


C. SUJUD  SYUKUR


1. Pengertian, Hukum dan Penyebab Sujud Tilawah

Pengertian. Sujud syukur adalah sujud sekali yang dilakukan diluar sholat sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh atas berbagai nikmat dan terhindar dari berbagai musibah.
Hukum Sujud syukur adalah sunnah, yang dilakukan setelah memperoleh nikmat dan terhindar dari musibah. Betapapun kecil nikmat tersebut. Rosululloh SAW melakukan sujud syukur setiap kali mendapatkan nikmat dan kabar gembira, sebagaimana riwayat dari Abu Bakrah, berikut : 

 أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَاءَ هُ خَبَرٌ يَسَّرَهُ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا  لِلَّهِ  تَعَالَى
Artinya: "Sesungguhnya Nabi SAW ketika menerima kabar yang menggembira kannya, beliau bersujud sebagai tanda rasa syukur kepada Alloh". (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).


2. Kaifiyat (Tatacara) Sujud Syukur

Sujud syukur dilaksanakan di luar sholat, dengan syarat-syarat sebagaii berikut :
a. suci dari hadas, baik hadas kecil maupun hadas besar
b. tempat, badan dan pakaian suci dari najis
c. menutup aurat
d. menghadap ke kiblat.

Kaifiyat sujud syukur :
a. Boleh dimulai dari posisi duduk atau berdiri sambil menghadap ke kiblat, lalu membaca takbir disertai niat sujud syukur, kemudian diteruskan sujud sekali.
b. Ketika sujud membaca bacaan tasbih seperti bacaan sujud tilawah.
c. Membaca takbir lagi untuk duduk. Kemudian mengucapkan salam dua kali sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.


SILAHKAN KERJAKAN TUGAS BERIKUT:



Lanjut Baca
      edit