
Iman kepada hari akhir, Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri Kebiasaan Buruk, fase-fase setelah kematian, hari akhir, pengertian hari kiamat, tanda2 kiamat, tanda tanda kiamat

Pengertian Iman Kepada Hari Akhir dan Macam-Macamnya Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Umat Islam harus percaya dan yakin bahwa hari akhir itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah SWT.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya terompet Malaikat Israil. Dijelaskan bahwa pada hari itu daratan, lautan dan benda-benda di langit porak-poranda. Gununggunung meletus, hancur, dan berhamburan. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang, planet, dan bulan saling bertabrakan
Seluruh manusia menjadi panik. Mereka berlari pontang-panting dan tidak sempat mengenali lagi sanak saudaranya. Semua ingin menyelamatkan diri, namun akhirnya semuanya mati, hancur, dan menghadap Ilahi. Tidak hanya manusia yang mati, seluruh tumbuhan, hewan, kuman, bakteri, virus, jin, dan syaitan juga mengalami kematian. Maha Besar Allah atas segala kuasanya.
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Umat islam harus percaya dan yakin bahwa hari akhir itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah SWT. Para ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu:
1. Kiamat Sugra
Kiamat Sugra (kiamat kecil), yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya: matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan sebagainya.
2. Kiamat Kubra
Kiamat Kubra (kiamat besar) yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porakporanda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat. Kiamat Kubra ini dialami oleh seluruh makhluk hidup di jagad raya tanpa terkecuali. Kejadian ini terjadi secara menyeluruh, sehingga dapat dibayangkan bahwa suasana saat itu sangat mencekam dan luar biasa dahsyatnya. Jika itu sudah dikehendaki oleh Allah Swt., Sang Pencipta, maka tidak ada yang bisa menghalangi kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Peristiwa kiamat kecil berupa kematian sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kiamat kecil itu merupakan akhir dari kehidupan orang-orang yang mengalaminya. Bagi orang yang masih hidup hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bahwa pada saatnya kita juga akan mengalaminya. Kiamat Kubr± memang belum terjadi, karena itu peristiwanya hanya dapat diketahui melalui keterangan dan berita dari Allah Swt. dan Rasulullah saw.
Kejadian Kiamat Kubra
Kejadian mengenai hari kiamat digambarkan oleh Allah Swt. begitu
dahsyat, sebagaimana tertuang dalam QS. Al Qoriah (101) ayat 4-5 berikut ini:
Artinya: “Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”(Q.S. al-Qāri’ah/101:4-5)
Di dalam QS. Az Zalzaalah (99) Ayat 1-2 Allah Swt. juga berfirman:
Artinya: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,”(QS. AL Zalzaalah, ayat 1-2)
Kiamat Kubra memang belum terjadi sehingga tak seorang pun mengetahui peristiwa yang sebenarnya. Namun kita mengetahuinya dari Firman Allah Swt. dan Hadis Nabi saw. Adapun kejadian kiamat Kubra digambarkan oleh Allah Swt.sebagai berikut:
a. Malaikat Israil meniup sangkakala untuk yang pertama kali. Semua makhluk akan mati, kecuali yang dikehendaki hidup oleh Allah Swt.
Artinya: “Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)...”(Q.S. az-Zumar/39:68)
Setelah peristiwa kiamat yang maha dahsyat itu, semua manusia akan mati dan mengalami proses kehidupan di alam akhirat sebagai berikut:
1) Alam Barzakh (Yaumul Barzakh)
Alam barzakh yang dikenal dengan alam kubur yang merupakan pintu gerbang menuju akhirat atau batas antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam kubur manusia akan bertemu, ditanyai, dan diperiksa oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang segala amal perbuatannya ketika menjalani kehidupan di dunia.
2) Yaumul Ba’ats
Pernahkan kamu melihat benih kecil yang tumbuh di atas tanah? Begitulah kelak Allah Swt. akan membangkitkan kembali seluruh manusia yang telah mati dari alam kubur. Peristiwa itu dinamakan yaumul ba’ats. Yaumul ba’ats adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur untuk diarahkan menuju ke padang mahsyar. Kebangkitan manusia ini akan terjadi setelah ditiupkan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Isra!l. Seluruh manusia mulai zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir bangkit dari kubur. Adapun keadaan mereka bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka pada waktu hidup di dunia. Firman Allah Swt.:
Artinya: “Lalu ditiuplah sangkakala (yang kedua kalinya), maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya”. (Q.S. Yās³n/36:51)
Karena kesombongannya, sebagian orang tidak mau percaya tentang kejadian hari akhir. Orang-orang seperti ini kelak akan tercengang, menyesal, malu, lantas menundukkan kepala mereka dengan lesu. Mereka merasa kebingungan dan sangat panik karena tidak pernah menduga hal semacam ini akan terjadi. Orang-orang yang ingkar semacam ini diibaratkan Allah Swt. seperti belalang yang beterbangan ke sana kemari karena cemas, panik, dan bingung. Pandangan mereka tertunduk dan ketika mereka keluar dari kuburan, mereka panik seperti belalang yang beterbangan serta meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.
3) Yaumul Hasyr atau Yaumul Mahsyar
Yaumul Hasyr atau yaumul Mahsyar adalah hari dikumpulkannya seluruh manusia yang telah dibangkitkan dari kuburnya, di sebuah padang yang sangat luas bernama Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar ini keadaan manusia sangat susah, tidak ada yang dapat menolong kecuali hanya pertolongan yang datangnya dari Allah Swt. bagi orangorang yang dikehendaki-Nya.
Pada yaumul mahsyar ini pula manusia menerima catatan amalnya selama hidup di dunia, baik amal yang buruk maupun amal yang baik. Seluruhnya tercatat secara rinci. Orang yang beriman dan beramal saleh mereka merasa gembira melihat catatan amalnya. Sebaliknya, orang yang berbuat jahat dan kerusakan ketika hidup di dunia akan menerima catatan amalnya dengan perasaan sedih serta penuh dengan penyesalan.
Penyesalan hanyalah tinggal penyesalan karena segalanya sudah terjadi. Pada hari itu orang yang tidak beriman sungguh telah putus harapannya karena pertolongan Allah Swt. sudah tidak mungkin lagi datang kepadanya. Sebaliknya bagi orang-orang yang beriman penantiannya di Padang Mahsyar adalah penantian yang penuh harapan akan pertolongan Allah Swt.
Ketika seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, mereka menunggu pengadilan dari Allah Swt. Bagaimana gambaran Padang Mahsyar? Padang Mahsyar sendiri digambarkan oleh Rasulullah saw.
sebagai tanah lapang berwarna putih bersih dan tidak ada tempat untuk berteduh maupun pepohonan.
Di Padang Mahsyar inilah Allah Swt. akan mengadili manusia
Artinya: “Dan bumi (padang mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksisaksi pun dihadirkan,lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka tidak dirugikan.(QS. az-Zumar/39:69)
Seluruh manusia ketika berada di Padang Mahsyar merasa sangat cemas. Orang yang banyak beramal baik merasa cemas apakah amal kebaikannya diterima Allah Swt. Sebaliknya orang yang berbuat jahat merasa cemas dan takut apakah perbuatannya itu akan diampuni oleh Allah Swt. Pengadilan Allah Swt. di Padang Mahsyar ini juga menentukan, apakah manusia akan selamat dan masuk surga dengan penuh kebahagiaan atau akan masuk neraka.
4) Yaumul Mizan dan Yaumul Hisab
Arti kata Mizan adalah timbangan, sedangkan Hisab artinya perhitungan. Dua istilah ini ,yaitu Yaumul Mizan dan Yaumul Hisab memiliki makna yang hampir sama maknanya.
Dengan demikian, yaumul mizan adalah hari ditimbangnya seluruh amal baik dan buruk manusia untuk menerima keadilan dan balasannya masing-masing. Yaumul Mizan ini disebut juga dengan Yaumul Hisab, yaitu hari diperhitungkannya seluruh amal perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk. Pada hari itu manusia akan menerima balasannya masing-masing berdasarkan keadilan dari Allah SWT.
Setelah seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia akan dihitung atau ditimbang. Bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih berat akan mendapatkan balasan yang memuaskan, sedangkan bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih ringan akan mendapatkan balasan neraka hawiyah, yaitu neraka yang panas. 5) Surga dan Neraka
Allah Swt. memiliki sifat Yang Maha Adil, karena seluruh perbuatan manusia akan diadili. Seluruh amal baik dan amal buruk manusia akan mendapatkan balasannya. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari keadilan Allah Swt.Sebaliknya orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan mendapati timbangan amal buruknya sangat berat. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa susahnya seseorang yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. Mereka kelak di akhirat akan mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas perbuatan jahatnya itu.
Balasan terhadap amal buruk yang dilakukan ketika hidup di dunia ditimpakan setelah dilakukan penimbangan seberapa berat kejahatan dan keburukan yang telah dilakukannya. Kemudian mereka akan mendapatkan balasannya berupa siksa di neraka.
Artinya: “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yāsinn/36:55-58)
0 komentar:
Posting Komentar